Pernah gak kalian lihat cewek cantik flawless yang berpose dengan gaya natural seperti gambar di bawah ini?
Tampaknya seperti foto bidadari yang baru turun dari surga, bukan? πΆβπ«οΈ Kamu bisa lihat lebih banyak lagi dengan mengecek hashtag #virtualgirl di instagram
Namun, bagaimana reaksi kalian kalo gw bilang “cewek cantik” tersebut sebenarnya bukan manusia, melainkan hasil karya teknologi berbasis kecerdasan buatan (AI)?
Era digital telah membawa kita masuk ke dalam dunia yang semakin inovatif, dan fenomena ini mencakup perkembangan pesat influencer berbasis AI di dunia sosial media. Tentunya perkembangan ini ada karena banyaknya uang yang mengalir buat Influencer dengan follower banyak
Apa Keunggulan Influencer Berbasis AI?
Influencer, mereka yang mampu mempengaruhi opini dan perilaku orang lain lewat media sosial, telah memberi efek yang signifikan pada dunia Marketing dan promosi produk. Namun, dengan kemajuan teknologi AI, kita sekarang menyaksikan evolusi baru dalam dunia influencer.
Influencer berbasis AI adalah karakter virtual yang diciptakan dengan menggunakan algoritma canggih yang mampu meniru perilaku, gaya, dan bahkan kepribadian manusia. Mereka memanfaatkan data dan informasi yang dikumpulkan dari berbagai sumber untuk menyesuaikan konten yang dibagikan di platform media sosial. Misal: karena banyaknya audiens yang menyukai “selebriti” dengan tampilan sensual, maka ini menjadi dasar diciptakannya Virtual Girl yang sesuai dengan preferensi tersebut.
Salah satu aspek menarik dari influencer berbasis AI adalah konsistensi. Mereka tidak terpengaruh oleh perubahan suasana hati, yang seringkali memengaruhi kualitas konten atau interaksi dengan pengikut. Konten yang dihasilkan oleh AI selalu konsisten dalam gaya, tone, dan estetika tertentu, yang dapat membantu brand membangun citra yang kuat dan mudah dikenali di mata pengguna.
Selain itu, influencer AI juga memiliki kemampuan untuk “berinteraksi” dengan pengikut mereka. Meskipun interaksi ini sebagian besar bersifat terprogram, seperti menjawab komentar atau mengajukan pertanyaan kepada pengikut, hal ini tetap memberikan rasa kedekatan dan keterlibatan kepada pengikut. Beberapa influencer AI bahkan dapat “belajar” dari interaksi sebelumnya untuk meningkatkan cara mereka berkomunikasi.
Etika dari Kemunculan Influencer Berbasis AIA
Namun, seperti pada setiap inovasi teknologi lainnya, fenomena influencer berbasis AI juga memunculkan concern terhadap etika. Pengguna mungkin merasa tertipu jika mereka mengira influencer tersebut adalah manusia sungguhan. Selain itu, ada pula kekhawatiran tentang dampaknya terhadap pekerjaan influencer manusia yang sekarang harus bersaing dengan karakter virtual ini.
Tetapi di balik kontroversi ini, influencer berbasis AI telah membuka pintu bagi peluang baru dalam industri Marketing. Brands sekarang dapat dengan mudah mengontrol pesan yang ingin disampaikan oleh influencer, mengurangi risiko yang terkait dengan perilaku manusia yang tidak terduga. Contoh nyatanya ialah kejadian baru-baru ini dimana Adidas berpotensi mengalami kerugian yang tidak sedikit, dikarenakan partner influencer-nya, Kanye West, melontarkan serangkaian sentimen anti-Yahudi.
Selain itu, dengan menggunakan teknologi ini, merek juga dapat menghemat biaya yang sebelumnya harus dikeluarkan untuk bekerja sama dengan influencer manusia.
Dalam dunia yang terus berkembang dengan cepat, fenomena influencer berbasis AI mungkin hanya awal dari apa yang dapat kita harapkan dari integrasi teknologi AI di dalam kehidupan sehari-hari. Kendati masih ada banyak pertanyaan dan tantangan yang harus dijawab, tidak bisa dipungkiri bahwa karakter virtual ini telah membuka babak baru dalam cara kita memahami pengaruh sosial media dalam Brand Marketing. Seiring dengan waktu, kita mungkin akan melihat semakin banyak “influencer” AI yang muncul di platform-platform media sosial, membawa kita ke dalam era baru yang didominasi oleh kecerdasan buatan.